Rabu, 20 Oktober 2010

KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK

KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK

Kegiatan belajar dan mengajar adalah hal yang terjadi setiap saat, baik itu di rumah, di sekolah, di tempat kerja atau saat kita hanya bekumpul dan bergaul dengan orang lain. Pada saat yang tidak kita sadari mungkin kita belajar seperti ketika kita memperhatikan gaya bicara orang di depan public. Secara spontan kita akan bisa menilai bahwa dia pembicara yang bagus atau tidak yang pada suatu saat ketika kita harus berbicara didepan public kita akan menghindari hal-hal yang menurut kita kurang pas (gaya bicara, ekspresi dll). Namun pada saat yang lain orang juga akan belajar dari aksi panggung kita.

Begitu akrabnya kita dengan kegiatan belajar dan mengajar dalam kehidupan sehari-hari. Namun bagi seorang pendidik (orang tua atau pengajar di sebuah institusi), mereka harus memiliki pengetahuan tentang karakteristik para peserta didiknya agar tujuan pendidikan bisa tercapai dengan optimal. Ini adalah salah satu materi kuliah tahun 2004 yang saya yakin sangat bermanfaat untuk orang-orang yang terlibat dalam aktifitas belajar-mengajar dalam upaya memahami peserta didiknya. Karakteristik Peserta didik (menurut salah seorang teknolog pembelajaran Nyoman S Degeng) yang akan dibahas disisni antara lain: Gaya BelajaR

KARAKTERISTIK GAYA BELAJAR

Gaya belajar adalah cara siswa dalam menerima rangsangan (informasi) dari luar
A. Gaya belajar Visual
- Rapi dan teratur
- Berbicara dengan cepat
- Perancang jangka panjang yang cermat
- Teliti terhadap detail
- Mengutamakan tampilan (pakaian, presentasi)
- Mengingat apa yang dilihat dari pada yang didengar
- Tidak terganggu oleh keributan
- Sulit mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis dan seringkali minta bantuan orang untuk diulangi
- Pembaca cepat dan tekun
- Lebih suka membaca daripada dibacakan
- Membutuhkan tinjauan menyeluruh sebelum megambil keputusan
- Membuat coretan tanpa arti selama bicara di telepon dan dalam rapat

Orang yang mempunyai kecenderungan visual sering kali lupa ketika harus menyampaikan pesan-pesan verbal. Oleh karena itu sebagai seorang pendidik hendaknya lebih bijak ketika “member label” kepada anak didiknya. Seringkali saya mendengar keluhan bahwa anak-anak tidak mengerjakan tugas karena kalailaian atau tepatnya sang anak tidak memperhatikan instruksi guru. Namun setelah digali informasi lebih lanjut bahwa ketika member tugas sang guru hanya menyampaikannya secara lisan, misalnya “untuk latihan dirumah tolong kerjakan latihan ulangan bab 2.” Dan itu disampaikan diakhir pertemuan yang sebagaian anak sudah menutup bukunya untuk bersiap-siap berganti pelajaran atau istirahat. Ini adalah salah satu hal yang harus lebih diperhatikan lagi oleh para pendidik.
Orang yang cenderung bergaya belajar visual sering menjawab [ertanyaan yang disampaikan oleh orang lain dengan jawaban singkat seperti ya atau tidak. Dan pemilik gaya belajar visual ini lebih suka melakukan demonstrasi daripada berpidato.

IMPLIKASI:
- Gunakan kertas dengan tulisan berwarna pada papan tulis. Gantungkan grafik berisi informasi penting di sekeliling ruangan penyajian dan saat tertentu
- Dorong peserta untuk menggambarkan informasi dengan peta, diagram, dan struktur berwarna
- Berdiri tenang saat menyajikan informasi dan berpindah dari satu tempat ke tempat lain
- Berikan kode warna untuk bahan ajar dan kelengkapannya, dorong prserta menyusun berbagai informasi yang dipelajari dengan aneka warna
- Gunakan simbul-simbul dalam presentasi terutama untuk konsep;konsep kunci

B. GAYA BELAJAR AUDITORIAL

- Berbicara pada diri sendiri ketika bekerja
- Mudah terganggu oleh keributan
- Menggerakkan bibir dan mengucapkan ketika membaca
- Senang membaca dengan keras dan mendengarkan
- Mampu mengulangi kembali dan menirukan nada, birama dan warna suara
- Merasa sulit menulis, tapi hebat dalam bercerita
- Berbicara dalam irama yang terpola
- Pembicara yang fasih
- Lebih mengingat apa yang didengar daripada yang dilihat
- Suka berbicara, berdiskusi dan menjelaskan sesuatu dengan panjang lebar
- Mengalami kesulitan dengan pekerjaan yang melibatkan visualisasi, seperti memotong bagian-bagian hingga sesuai satu sama lain
- Lebih pandai mengeja dari pada menulis
- Lebih suka humor daripada membaca komik

IMPLIKASI:
- Gunakan variasi vocal (nada,kecepatan dan volume) dalam presentasi
- Gunakan pengulangan dengan meminta peserta untuk mengungkapkan kembali konsep-konsep kunci
- Meminta peserta didik mengungkapkan kembali pada peserta lain konsep kunci 3yang telah dipelajari
- Nyanyikan konsep kunci atau meminta peserta mengarang lagu mengenai konsep kunci
- Gunakan music sebagai panduan kegiatan belajar


C. GAYA BELAJAR KINESTETIK

- Berbicara dengan perlahan
- Menaruh perhatian pada hal-hal fisikal dan banyak bergerak
- Menyentuh orang untuk mendapat perhatian
- Berdiri dekat ketika berbicara dengan orang lain
- Mempunyai tampilan otot yang kekar
- Belajar dengan manipulasi dan praktik
- Menghafal dengan belajar dan melihat
- Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca
- Banyak menggunakan isyarat tubuh
- Tidak mampu duduk diam untuk waktu lama
- Sulit mengingat geografi, kecuali pernah berada di tempat itu
- Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi
Menyukai buku yang berorientasi plot
- Biasanya tulisannya jelek
- Suka melakukan banyak hal dan menyukai permainan yang menyibukkan

IMPLIKASI:
- Gunakan media manipulative saat menyajikan informasi
- Ciptakan kondisi actual dan riil mengenai konsep yang disajikan
- Bila berbicara secara individual, berdiri atau duduk disamping peserta bukan didepan atau dibelakangnya
- Usahakan berbicara dengan setiap peserta didik secara pribadi meskipun hanya sekedar salam ketika masuk
- Peragakan konsep sambil member kesempatan peserta mencoba selangkah demi langkah
- Ceritakan pengalaman belajar anda dan dorong peserta melakukan hal yang sama
- Ijinkan peserta berjalan-jalan dikelas

Beberapa hal-hal diatas adalah salah satu pengetahuan dasar yang harus dimiliki oleh para pendidik untuk lebih memahami para peserta didikya. Seorang anak bisa berada dalam satu bkarakteristik gaya belajar atau lebih. Oleh karena kecermatan kita sebagai orang tua dan pendidik professional dalam memberi perlakuan kepada anak didik sesuai dengan karakteristiknya akan memberikan hasil yang lebih optimal pada perkembangan anak didik kita.



-

Senin, 26 April 2010

MENGAJAK ANAK MENGENAL HOBBY AYAH

Berpetualang ke tengah hutan (off road)
Belajar memahami orang lain bisa kita tanamkan sejak dini pada putra-putri kita. Mengajarkan pada anak untuk menghargai hobby seseorag dapat meningkatkan social skill sang buah hati. Dengan memahamkan minat orang lain terhadap sesuatu akan mengajarkan pada anak bahwa setiap manusia itu unik dan tidak semua kesukaan kita disukai orang lain. Tidak semua keinginan kita sama seperti keinginan orang lain.
Kakak seringkali bertanya, “ Bu, kenapa sih ayah seneng banget naik trail dan off road, kan ngeri jalan-jalan ditengah hutan.”Pertnyaan serupa pasti seringkali terlontar dari bibir mungil putra-purti kita. Kenapa ayah suka otak-atik barang elektroniki dan ibu kok lebih suka menyulam?
Para orang tua pasti sudah memahami bahwa rasa ingin tahu anak sangatlah tinggi. Oleh karena itu tidak ada salahnya memperkenalkan kegemaran orang tua pada anaknya. Seperti yang kami lakukan pada anak-anak kami. Seringkali ketika ayah pulang ngtrail atau off road sering bercerita” Yang Alhamdulillah tadi ayah berhasil melewati jalan yang ekstrim… kemiringannya hampir 90 derajat” atau cerita tentang “ Badan ayah sakit banget, tadi habis jatuh ke parit ditengah hutan dan ketindih motor” atau “ “Seru banget bang, tadi mobil ayah miring tapi Alhamdulillah meskipun mobilnya penyok ayah berhasil melewati jalanan ekstrim dengan panduan navigator ayah.”
Cerita ayah yang sangat antusias kepada anak tentang hobinya sering juga menimbulkan pertanyaan di benak anak. “Kenapa ayah sering jatuh, mobil miring tapi kok hamper tiap minggu masih turun?” Dan ketika ada pertanyaan seperti itu ayah berinisiatif untuk mengajak kami off road berpetualang ke hutan tapi dengan catatan..”Ngambil rutenya jangan yang terlaalu ekstrim ya yah.”
Hari yang ditunggu telah tiba, aku menyiapkan minuman, jajanan dan buah untuk bekal dan ayah menyiapkan tempat duduk untuk anak-anak. Memasang lagi jog belakang dan meletakkan ban serep diatas mobil. Kami menyiapkan segala sesuatunya agar anak-anak bertambah antusias menunggu petualangan pertamanya melewati jalanan ekstrim bersama ayah.
`Jam 12:30 abang pulang. Jagoan kami segera berganti pakaian dan selalu naik turun mobil kerana sudah tidak sabar menunggu. “ Ibu ayo kita jalan-jalan ke hutan..” Sabar abang.., kita kan nunggu kakak “ “kakak lama banget sih” keluhnya, “ Tunggu dulu ya.., abang maen sama adik dulu , ok.” Jam 17:15 kakak pulang sekolah, dan setelah semuanya sholat ashar kami berangkat .
Bismillahirohmanirrohim, petualanganpun dimulai…, ketika masih melewati jalan aspal anak –anak masih dapat duduk santai sambil menikmati bekal kami. Tapi ketika melewati medan yang sebenarnya…… “ aaa….ayah..” tubuh kami terasa terlempar-lempar dalam mobil. Kami semua tertawa.. teriak… Perasaanku bercampur aduk antara senang.. seru..dan khawatir.
Saat kami merasakan “nikmatnya” goncangan dalam mobil tiba-tiba jauzaa, sang adik menangis. Dan ketika aku melihat kebelakang ternyata anakku yang masih berusia 2,5 tahun itu kejedot karena kehilangan keseimbangan akibat mengantuk. Akhirnya adik duduk dipangkuanku. Petualanganpun masih berlanjut. Abang senenang sekali karena melihat banyak anjing berkeliaran, sapi yang digembalakan oleh bapak-bapak tua. Sesekali kami melempar senyum pada orang-orang yang sedikit sekali kami temui di jalanan.
Berbeda dengan kakak. Kakak mengamati anak-anak dan orang dewasa yang tinggal jauh dari listrik dan jalan raya. “Bagaimana mereka keluar dari sini ya bu?”. Kamipun dengan senang hati memberi pemahaman pada sang kakak. “inilah kehidupan kak, lihat mereka, kalau mereka ingin belanja kebutuhan mereka aja mereka harus berjalan melewati jalan yang kita lewati tadi …. jangankan berpikir pergi ke BC (Balikpapan Center), WC aja mereka ga punya… Itu tandanya kita harus terus dan lebih bersyukur.” Sedikit kata-kata tapi InsyaAllah akan mengena dan selalu dikenang oleh anakku.
Satu jam berlalu. Tubuh kami terasa lebih baik karena sudah mobil sudah masuk ke jalan raya lagi. Petualangan yang menegangkakan kata anak-anak. Kami pun bertanya siapa yang besok mau ikut off road lagi?” “saya.” Ternyata hanya abang yang mau… mungkin karena dia laki-laki.
Sebuah pengalaman dan petualangan berharga buat kami. Mari kita jadikan moment-moment kita berharga. Terlebih untuk mendidik putra-putri kita karena mereka adalah investasi dunia akherat bagi setiap orang tua.

Sabtu, 24 April 2010

BERPIKIR DAN BERTINDAK DENGAN BIJAK
Setiap kejadian dimuka bumi ini pasti ada sebab-akibatnya. Begitu juga dengan perilaku seorang manusia. Seseorang akan melakukan sesuatu pasti ada alasannya dan alasan itu bisa berbeda antara orang yang satu dengan yang lainnya. Contohnya, Andi makan karena memang dia lapar, sedangkan Syamil makan karena pingin setelah melihat menu yang tersedia di meja, tapi shinta makan karena memang sudah waktunya makan siang misalnya, karena Santi adalah anak yang sangat tertib dengan jadwal yang dibuatnya. Kita tidak bisa membuat kesimpulan bahwa setiap orang yang mengantri di restaurant saji itu adalah orang yang kelaparan. Seperti itulah, setiap perilaku akan sangat tergantung pada niat seseorang dalam melaksanakannya dan semestinya sebagai orang yang melihat dari luar, kita tidak bijak jika terlalu cepat menjustifikasi bahwa kalau perilaku orang B, pasti karena C, dan akibatnya akan X.
Sebagai contoh kasus, seorang istri yang berpisah dengan suaminya yang berbeda akidah. Mereka memiliki tiga anak yang masih kecil-kecil. Usia anak-anak nya masih dibawah umus sehingga hak pengasuhan jatuh ke tangan ibunya. Sesaat sang ibu tertegun dan berpikir “Bagaimana saya bisa membesarkan ketiga anak saya sedangkan saya sendirian dan tidak memiliki apa-apa?” Hari demi hari dilaluinya dengan perasaan bercampur aduk untuk mencari jalan keluar. Kadang sang ibu berpikir untuk menitipkan anak-anak mereka pada saudara sedangkan dia kembali bekerja untuk mencari nafkah buat anak-anaknya. Dan tak jarang pikiran untuk bunuh diri datang karena putus asa. Pernah juga terpikir sang ibu menitipkan anak-anaknya pada sang nenek-kakeknya. Setelah dipikirkan dengan matang, sang ibu merasa tidak bijak membiarkan anak-anaknya dalam pangkuan nenek-kakeknya sementara beliau-beliau ini seharusnya beristirahat setelah sekian tahun merawat anak-anaknya sendiri. Akhirnya sang ibu memutuskan untuk mengambil anak-anak tersebut kembali dalam rengkuhannya dan dengan penuh semangat dan penuh keyakinan bahwa aku bisa membesarkan anak dengan caraku, bahwa aku akan berusaha mendidik mereka dengan kasih sayangku dan segenap upayaku untuk menyelamatkan akidahdan akhlaknya sehingga mereka menjadi orang-orang yang tangguh dimasa depan. Banyak orang mencibir keputusan itu dan membuat kesimpulan bahwa tidak akan berhasil seorang single parent bisa membesarkan anak dengan sempurna (anak-anaknya akan berhasil secara dunawi), karena bagaimanapun juga secara fitrah anak membutuhkan kasih sayang seorang figur bapak. Namun dengan tekad baja, dengan ucapan Bismillahirrohmanirrohim dan keyakinan kuat akan adanya pertolongan Allah serta keyakinan akan ayat Allah dalam Al Quran yang menyatakan bahwa Allah tidak akan memberi cobaan pada manusia diluar batas kemampuannya.
Subhanallah, tiga belas tahun kemudian sang ibu meraih buah kesabarannya. Anak-anaknya tumbuh menjadi anak yang santun dan pintar serta sangat bijak untuk anak-anak seusianya. Prestasi akademis yang sangat membanggakan dan ketekunan dalam beribadahnya sangat menonjol. Mereka tumbuh jauh lebih baik dari perkiraan orang-orang sebelumnya dan bahkan mungkin mereka tumbuh dengan lebih baik dari anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga yang utuh. Dan orang-orang yang dulu mencibir dan menyimpulkan bahwa sang ibu tidakakan mampu membesarkan anak-anaknya dengan baikpun mengacungkan kedua jempolnya untuk keberhasilan ibu ini.
Itulah kekuatan keyakinan, kekuatan doa. Keyakinan yang kuat akan sesuatu akan memberikan rasa percaya diri sehingga kita optimis dapat melalui segala rintangan yang menghadang di depan. Segala permasalahan didunia pasti ada jalan keluarnya. Dan setiap musibah ataupun cobaan yang kita hadapi sudah ada takarannya.
Sejarah telah banyak membuktikan bahwa prasangka atau penilaian yang terlalu cepat terhadap sesuatu dan menilai sesuatu hanya berdasarkan kemampuan pikir dan logika manusia banyak yang termentahkan. Pola pemikiran bahwa program KB akan menghasilkan generasi yang sedikit namun berkualitas merupakan logika manusia yang kurang tepat. Mestinya adanya program berencana tidak hanya sebatas mengatur jumlah kelahiran anak, tapi harus juga dibarengi dengan program pendidikan bagi para orang tua tentang bagaimana cara untuk mendidik anak yang berkualitas. Sebab, pada kenyataannya berapa banyak anak-anak yang “direncanakan “ tumbuh menjadi pribadi yang sedikit manja , egois, dan kurang matang secara psikologis. Dan berapa banyak pula anak-anak dari keluarga besar yang tumbuh dengan pribadi yang kuat, mandiri, tangguh, optimis dan pantang menyerah dalam menjalani hidup.
Sebagai manusia dan orang tua yang berpendidikan dan beragama semestinya berpikir dan terus belajar bagaimana menjadi orang tua yang baik. Seperti apa anak yang kita harapkan, berlaku seperti itulah kita. Kita menginginkan anak rajin beribadah, rajin beribadah dululah orang tuanya. Kita ingin anak kita menjadi anak yang sabar, orang tua juga harus belajar sabar. Kita ingin anak-anak kita rajin belajar dan disiplin, orang tua harus bersikap demikian terlebih dahulu. Jangan serahkan pendidikan ank kita ditangan pembantu dengan kata lain jangan lah model utama yang selalu dilihat dan diperhatikan oleh anak kita adalah pembantu. Hal ini tidak berati mengecilkan peran pembantu dalam suatu keluarga karena pada hakekatnya yang dititipi anak oleh Allah adalah orang tua. Oleh karena itu sebagai orang tua kita harus sadar bahwa urusan mendidik anak adalah tugas utama kita. Karena anak kita adalah aset dunia-akhirat bagi orang tuanya.
Jangan cepat patah semangat dan cepat mengambil kesimpulan yang kurang produktif terutama jika kita dipercaya oleh Allah untuk mendidik anak yang berkebutuhan khusus. Misalnya, Anak penyandang cacat, autis, ADHD, keterbelakangan mental dan sebagainya. Yang harus diyakini oleh orang tua tersebut adalah keyakinan bahwa Allah telah menitipkan anak-anak tersebut kepada orang yang tepat. Artinya orang tua tersebut harus mengupayakan semaksimal mungkin untuk mengoptimalkan kemampuan anak-anaknya. Hasil dari upaya orang tua memang berbeda-beda tergantung pada konsistensi saat terapi sampai mereka siap menjadi pribadi yang mandiri. Namun jangan terlalu cepat berputus asa karena tugas utama manusia adalah berusaha dan hasilnya adalah Allah yang menentukan karena Dia adalah Dzat Yang Maha Tahu atas kemampuan hambanya.
Membentuk keluarga berkualitas harus berawal dari orang tua yang berkualitas pula. Menjadikan keluarga berkualitas tidak cukup hanya dengan slogan dan retorika melainkan harus dengan contoh kongkrit dari para orang tuanya. Tidak ada cara instant dalam mendidik anak.
Berpikir holistic, menyeluruh, dengan meminimalisir unsur-unsur subyektif dalam diri kita memerlukan latihan yang cukup. Ada seseorang yang harus berselingkuh dulu untuk dapat menyadari dan memahami bahwa suami/istrinya adalah pemberian Allah yang paling sempurna untuknya. Namun ada pula orang yang sudah berilmu dan sangat yakin akan takdir Allah, mereka sangat mensyukuri apa-apa yang telah Allah hadiahkan kepadanya tanpa melupakan tugas nya sebagai hamba. Mereka tak perlu jatuh ke jurang dulu karena mereka sudah mengetahui cara bagaimana membuat jembatan atau mereka sudah mengetahui jalan lain yang meskipun jalanan itu sangat terjal dan berliku namun dengan penuh keyakinan jalan itu tetap ditempuh karena diujung jalan yang berliku itulah tujuan. Tinggal kita sebagai manusia mempunyai kebebasan untuk memilih jalan mana yang akan kita tempuh untuk menngapai tujuan hidup yang muaranya sudah pasti yaitu berujung pada kematian. Dan sebagai muslim kita pasti yakin kalau kematian itu bukan akhir .
Banyak orang merasa tenang ketika segala macam asuransi, tabungan dan segala sesuatu yang secara materi sudah mereka siapkan untuk anak keturunannya. Mereka hanya berfikir kalau-kalau terjadi sesuatu pada kami (orang tua meninggal) anak-anakku sudah punya bekal untuk sekolah/usaha. Apakah pemikiran seperti itu salah? Tidak sepenuhnya salah. Tapi alangkah lebih bijaksana jika orang tua juga menyiapkan bekal untuk kematian anak-anaknya. Kita sadar kalau setiap manusia pasti akan mati, lantas kenapa kita hanya sibuk menyiapkan bekal hidup untuk anak-anak kita yang kita belum tahu pasti apa yang akan terjadi esok, bahkan meski hanya lewat mimpi. Tidak tergerakkah hati kita untuk menyiapkan masa depan yang lebih pasti yaitu kematian dan kehidupan sesudahnya?

Selasa, 23 Maret 2010

MEMBANGUN RASA PERCAYA DIRI PADA ANAK

Mendidik anak adalah tugas setiap orang tua yang paling utama. Disadari atau tidak, anak adalah sumber inspirasi yang tidak akan pernah mati. Ketika kita lelah bekerja, senyum anak-anak yang menyambut kita dengan gayanya yang polos dan manja akan menghilangkan rasa letih kita. Ketika ada permasalahan rumah tangga yang mendera, pastilah buah hati kita menjadi salah satu bahan pertimbangan utama dalam benak kita sehingga kita lebih bijaksana dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.Begitu dasyatnya pengaruh anak dalam kehidupan setiap orang tua sampai-sampai kadang manusia lupa ada tugas mulia dipundaknya untuk menyiapkan sejak dini agar anak-anak mereka menjadi generasi yang tangguh dalam menghadapi kerasnya tantangan kehidupan apabila kelak nanti mereka dewasa.

Orang tua terkadang berpemahaman bahwa mencintai anak adalah memberikan semua keinginananya dengan memberikan fasilitas yang berlebihan tanpa menghiraukan apa dampaknya bagi mereka dimasa depan. Karena sebesar apapun cinta kita terhadap anak kita, mereka akan kita tinggalkan atau mereka akan meninggalkan kita. Setiap manusia harus sadar bahwa cepat atau lambat maut akan menjemput setiap diri yang bernyawa. Dan pada saat itu sebagai orang tua, kita sudah tidak mampu berbuat apa-apa. Oleh karena itu sebagai manusia dewasa yang bijaksana, hendaknya sedari dini menyiapkan generasi penerus kita agar memiliki karakter yang kuat agar tantangan apapun yang mereka hadapi dimasa depan akan menjadikan mereka lebih kreatif dalam menyelesaikan permasalahan.
Karakter pertama yang harus kita tanamkan pada anak adalah rasa Percaya Diri. Percaya diri adalah nilai positif seseorang terhadap dirinya sendiri dan terhadap lingkungannya. Anak yang percaya diri mampu memposisikan dirinya dalam situasi apapun. Anak yang memiliki rasa percaya diri yag tinggi bukan berarti dia harus jenius di semua bidang sehingga dapat mengatasi semua permasalahan kehidupan dengan kepintarannya mereka. Rasa percaya diri juga bukan selalu milik mereka yang berparas cantik dan tampan yang berani tampil didepan banyak orang dengan memperlihatkan kelebihannya secara fisik. Anak percaya diri disini adalah anak percaya akan kemampuan dirinya untuk terus belajar menghadapi dan mempelajari setiap kejadian dalam kehidupan sehingga mereka terampil dalam mengambil keputusan untuk setiap permasalahan yang dihadapinya. Disisi lain, anak yang kurang PD memiliki kecenderungan untuk menghindari sesuatu yang dianggap sulit sehingga mereka diliputi keragu-raguan dalam melangkah. Dari sini kita sebagai orang tua bisa memilih anak dengan karakter seperti apa yang kita inginkan untuk bekalmereka dimasa depan yang sarat akan persaingan.

Sebagai orang tua terkadang kita bingung tentang bagaimana Cara Membangun Rasa Percaya Diri Pada anak. Rasa Percaya diri pada anak bias dibangun sejak dini dengan cara:

Memberi nama yang baik pada anak
Peribahasa yang menyatakan “Apa arti sebuah nama “tidak berlaku disini. Nama yang baik akan memberi nilai positif terhadap dirinya sendiri. Sedangkan nama yang aneh seperti Cikrak (serokan sampah dalam bahasa jawa timuran), Minefta (Firaun sang Ramses), atau Adolf Hitler misalnya, akan menjadi beban bagi anak karena nama-nama tersebut berkaitan dengan sesuatu yang kurang baik yang hal itu sudah diketahui banyak orang sehingga nama-nama seperti itu mudah dijadikan bahan olok-olokan sehingga pikiran anak terfokus pada olok-olokan orang-orang disekeliingnya dan cenderung menyalahkan orang tua yang memberi nama demikian.

Menghargai Eksistensi Anak.
Disini pendekatan spiritualitas sangat dianjurkan. Ajak anak untuk bercermin. Ajak mereka untuk berfikir dan bersyukur bahwa seseorang yang didepan cermin itu adalah diriku yang telah diciptakan begitu sempurna oleh Allah. Yakinkan pada anak bahwa situasi dan kondisi yang kita terima sekarang adalah sesuatu yang terbaik yang diberikan Tuhan kepada kita. Tugas utama kita sebagai manusia adalah berusaha belajar dan bekerja keras untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya. Allah tidak menilai seseorang dari wajah dan rupa tetapi ebih kepada keimanan dan amal baik seorang manusia. Nikmat Allah yang banyak itu sudah ditakar oleh Nya sehingga kita tidak perlu takut menghadapi masa depan.Hal ini akan membawa anak mencintai dan menerima eksistensi dirinya hidup di dunia ini.
Yang perlu kita perhatikan adalah banyak anak yang kurang percaya diri disebabkan karena suka membandingkan dirinya dengan orang lain, Si A cantik kenapa aku biasa-biasa saja, si B kaya tapi kenapa aku miskin.
Acceptance (penerimaan) terhadap keberadaan diri sendiri membuat anak lebih percaya diri karena mereka akan lebih memfokuskan diri terhadap amal atau usaha mereka karena mereka mempunyai kesempatan yang sama untuk hidup lebih baik dimasa depan. Cantik, tampan, atau wajah pas-pasan, kaya, miskin, desa ataupun kota tidak akan menghalangi usaha mereka untuk mencapai cita-cita dan untuk menjadi lebih baik dimasa yang akan datang.

Memberi Pujian Ketika Anak Berhasil Mengerjakan Sesuatu.
Jangan pelit dalam memuji keberhasilan anak Beri pujian pada setiap keberhasilan anak walaupun itu kecil. Misalnya, anak sudah mau makan sendiri tanpa disuapin. Pujian sederhana seperti“Alhamdulillah, anak bunda pintar ya…sudah bisa makan sendiri”. Pujian dari kita akan menguatkan prilaku anak. Seperti contoh tadi, anak akan lebih senang makan sendiri, dan ini berarti kita sudah membantu mereka untuk selangkah lebih mandiri. Jangan hanya memperhatikan efek berantakannya karena hal itu akan semakin berkurang seiring dengan meningkatnya keterampilan motoriknya. Menghindari Pernyataan Negatif Sebagai orang tua, kata –kata “ jangan nakal dong”, ih.. dia itu nakal sering terucapketika melihat prilaku anak yang tidak sesuai dengan keinginan kita. Kita lebih cepat memberi label kepada anak tanpa memikirkan akibat yang ditimbulkannnya pada anak. Anak yang sering diberi label “nakal” akan benar-benar menjadi nakal dan menjadi sulit dikendalikan. Kenapa? Anak mempunya daya rekam yang luar biasa. Kata-kata yang sering dia dengar dan apa-apa yang mereka lihat adalah sumber inspirasi yang sangat kuat untuk berprilaku saat mereka bersosialisasi dengan lingkungannya. Maka, sebagai orang tua hendaknya kita lebih bijak dalam bersikap,berikan kata-kata positif yang bisa menguatkan prilaku anak. Ketika anak mendapat nilai kurang memuaskan, beri mereka penguatan “Kak, ini adalah hasil belajar kakak, bunda yakin kalau kakak lebih rajin belajar kakak akan mendapat nilai yang jauh lebih baik dari ini. Semangat ya kak, you can do it!” atau ketika anak kita suka memukul temannya, katakana“ Sayang sama teman ya dik,nanti adik akan banyak teman.
Kata-kata positif akan memberikan energi positif pada anak sehingga akan positif pula prilakunya.

Memperlihatkan Bahwa Kita Percaya pada Anak.
Memberi ruang yang cukup untuk anak berekspresi dan berapresiasi adalah wujud kepercayaan kita terhadap anak. Ajari anak untuk belajar bertanggung jawab terhadap pilihannya. Sebagai orang tua, tugas kita adalah memberi pengararahan dan member peringatan ketika anak berekspresi dan berapresiasi yang menyimpang dari tuntunan agama, Negara dan tata kehidupan sosial di masyarakat .
Wujud kepercayaan kita terhadap anak juga melalui pemberian tanggung jawab-tanggung jawab kecil seperti membersihkan tempat tidur sendiri, mencuci sepatu sendiri dan lain-lain dengan catatan jangan menilai hasil pekerjaan mereka tapi hargailah usaha mereka untuk menyelesaikan tugasnya.

Menyelesaikan Konflik antar Saudara Secepat Mungkin.
Hal ini untuk menghindari persaingan tidak sehat antar saudara. Ketika ada permasalahan, orang tua hendaknya mngetahui secara jelas duduk persoalannya dan menyelesaikannya dengan saling meminta maaf. Jika harus memberi hukuman, beri hukuman yang mendidik dan sesuai dengan kesalahan dan usianya.

Memberi Harapan yang Realistis kepada Anak.
Setiap orang tua harus menanamkan falsafah “Apa yang terjadi dalam kehidupan ini tidak selalu seperti yang kita inginkan. Orang tua hendaknya tidak memberikan harapan atau iming-iming hadiah yang belum terlalu dibutuhkan atau terlalu berlebihan ketika ingin anaknya lebih berprestasi. Misalnya anak usia 3 tahun karena sudah bisa membaca diberikan blackbery sebagai hadiah, pertanyaan yang harus ada di benak kita, apakah akan bermanfaat reward/hadiah yang kita berikan buat anak?

Sangat miris hati ini ketika kita mendengar berita bahwa ada anak SMP yang rela menjual diri hanya untuk membeli HP seri terbaru. Atau kisah anak yang bunuh diri karena orang tuanya belum mampu membayar uang sekolah. Atau kisah artis yang bunuh diri dimasa ketenarannya karena takut nanti tidak akan popular lagi. Apa yang salah pada mereka? Prilaku mereka disebabkan mereka tidak memiliki rasa percaya diri dan rendahnya rasa syukur.